Cross Polarization


Dalam proses instalasii antena parabola atau dalam dunia satelit umumnya disebut pointing / peaking, seorang isntaller pasti akan dihadapkan dalam proses yang disebut cross pole (cross polarization). Yang dimaksud dengan cross pole adalah mengatur sudut arah rambat transmisi ke satelit, hal ini dimungkinkan karena transponder satelite sendiri yang menyediakan frequensi reuse dengan polarisasi yang berbeda, contohnya dalam satelit telkom 1 yang dimiliki oleh PT.Telkom terdapat 24 transponder yang terbagi dari 12 transponder vertical dan 12 tranponder horizontal. Kedua bagian transponder tersebut bekerja pada frequensi yang sama yaitu C-Band (3.7 – 4.2 GHz). Dengan membedakan polarisasinya maka diperoleh effisiensi sehingga memperluas ketersediaan transponder.

Kanal transponder vertical hanya akan menerima sinyal (carrier) dari antena yang bekerja pada polarisasi vertical demikian sebaliknya, oleh sebab itu perlu diperhatikan dalam proses instalasi antena, apakah polarisasi kita sudah benar sesuai dengan transponder yang kita gunakan. Dalam prosesnya umumnya seorang installer akan menelpon operator di HUB pengendali satelite (misalnya : Telkom Cibinong), operator tersebut akan memonitor carier yang di transmit kan ke arah satelite dan meminta instaler untuk menggerakan (memutar) Feedhorn antena. Arah (sudut) feedhorn pada antena parabola ini lah yang menentukan apakah sebuah antena bekerja pada polarisasi vertical atau horizontal.

Nilai cross pole akan dihitung oleh operator satelite dengan membandingkan carier utama pada transponder kerja dengan bocoran yang keluar di transponder polarisasi sebaliknya, makin tinggi nilai cross pole maka makin bagus pointing antena karena tidak mengganggu transponder reuse disisi polarisasi lainnya. Satelit diindonesia umumnya bertype linier (memiliki polarisasi vertical dan horizontal) sehingga setiap pengguna transponder diwajibkan untuk melakukan cross pole sebelum menggunakan transponder. sedangkan untuk type satelite circular tidak dibutuhkan proses cross pole, contohnya pada satelit intelsat 709.

Demikian sedikit ulasan mengenai cross pole antena semoga bermanfaat

~ by jai on 02/01/2011.

8 Responses to “Cross Polarization”

  1. sangat bermanfaat, baru berkecimpung di dunia satelit bro, tks penjelasannya

  2. kok bs yach untuk sebuah type satelite circular tdk menggunakan crospoll, sedang yg linier wajib crospoll. mohon pencerahannya gan’ sbab msh newby nich.

  3. teori dasarnya simple bro..kl di circular arah rambat sinyal ke satellite membentuk lingkaran (circular) jadi dia ada 2 jenis polarisasi yaitu right (searah jarum jam) atau left (berlawanan arah jarum jam)..kl berbentuk lingkaran seperti itu ga perlu kan diputar kanan kiri ga pengaruh tp yang mempengaruhinya posisi OMT di dalam feed horn (biasanya yang di rubah itu di feedhorn type circular..nah kl yang linier arah rambat tegak lurus (vertical) atau terbaring (horizontal) udah pasti feedhorn diputer 1 atau 2 derajat arah rambatnya akan berubah pula…kl mau lebih jelas maen2 kekantor ane gan 😛 ane kasih liat dua dua nya lengkap 🙂

  4. makasih gan..happy satellite learning gan 😛

  5. wah makasih gan atas sharing ilmunya, gan klo ada artikel tentang dunia telekomunikas terutama isi dari parameter2 BTS, ane lagi mau ngajuin skripsi nih, tapi pengen bahas tentang telekomunikas. klo ada ane bersedia kekantor agan.thx bngts gan

  6. mantab mas broow

  7. Masbro, aku mau tanya dong..
    kalau untuk mencegah cross polarization itu, setahu saya salah satunya bisa dicegah dengan mode antenna XPIC (cross Polarization Interference canceller), nah yang masih saya belum mengerti tentang sistem kerja XPIC terhadap cross polarization..
    Mohon bantuannya donk masbroo klo mengerti tenntang antenna XPIC..
    😀

  8. saya mau tanyakan penyebab CPI selalu rendah tdk masuk spek JCSAT 5 min 27 db,padahal pointing dah cukup maksimal kalo di modem shiron min Es/No 7 sy dah pointing sampai 8.5,mohon penjelasannya trims

Leave a comment